Pengelolaan Kantin Sekolah Sehat SD Ngrukeman
PENGALAMAN
TERBAIK/BEST PRACTICE
MENJADI KETUA PELAKSANA KANTIN SEHAT SEKOLAH
Harsiana Wardani
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah merupakan tempat pendidikan normatif dan akademik. Salah satu
bentuk pendidikan normatif adalah perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat
ini dapat ditumbuhkan kepada siswa dalam berbagai cara, diantaranya perilaku
memilih makanan yang bergizi dan berguna bagi tubuh. Selain itu, sekolah
memiliki fasilitas pelayanan kantin sekolah. Good (1959) dalam bukunya Dictionary
of Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or building in which
public school pupils or college student select prepared food and serve
themselves”. Kantin adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di
sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat
untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin. Secara fisik, kantin sekolah
hanya berupa ruangan kecil yang berfungsi sebagai penyedia makanan pilihan yang
diizinkan oleh sekolah.
Keberadaan kantin sekolah
kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang
perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah
pengelolaan kantin sekolah yang kurang memenuhi standar kantin sekolah yang
baik dan sehat. Demikian pula dengan kantin sekolah di SD Ngrukeman, tempat
dimana penulis menjadi guru sejak tahun 2010. Pengelolaan kantin sekolah masih
sebatas menyediakan jajanan yang disukai anak tanpa memperhatikan layak dan
tidaknya jajanan tersebut dikonsumsi oleh anak. Dan bahkan, keberadaan para
pedagang/penjual makanan keliling setiap jam istirahat di depan gerbang sekolah
belum terkelola dan terpantau dengan baik.
Untuk membudayakan perilaku hidup bersih
dan sehat melalui pengelolaan kantin sekolah maka pada
tahun 2013 sekolah memberi tugas
tambahan kepada penulis menjadi ketua kelompok kerja kantin sekolah.
Kebijakan sekolah tentang pengelolaan
kantin secara profesional sesuai standar
kantin sehat menjadi dasar penulis dalam mengembangkan salah satu program
keunggulan lokal kultur budaya sekolah bersih dan sehat di SD Ngrukeman. Dengan harapan keberadaan
kantin sekolah dapat diatur dan dikelola tidak hanya sebatas penampilan
fisiknya saja, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan
minum siswa semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik
siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, disiplin,
tanggungjawab dan nilai-nilai lainnya.
B. Pendekatan penyelesaian masalah
Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pengelolaan kantin sekolah sehat merujuk pada kebijakan nasional promosi
kesehatan yang mencakup tiga strategi
dasar promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, yaitu :
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan
adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah seluruh warga sekolah.
2. Bina Suasana (Social Support)
Bina suasana
adalah upaya menciptakan lingkungan sekolah yang mendorong warga sekolah untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan.
Warga sekolah akan terdorong
untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan,
majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat
khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau,
perlu dilakukan Bina Suasana.
3.
Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah
upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang menjadi sasaran pendekatan advokasi ini adalah tokoh masyarakat,
komite sekolah, wali murid, dan dan dinas/instansi terkait. ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan
yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a)
mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan
memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak
lanjut kesepakatan.
C. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan kantin sehat di sekolah adalah :
- membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
- mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
- untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
- memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
- mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
- sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
LANGKAH-LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH
A. Hambatan
Proses menuju terselenggaranya
kantin sehat di SD Ngrukeman bukanlah hal yang tanpa hambatan. Beberapa
kesulitan dan masalah yang ditemui dalam proses tersebut adalah :
1.
Hambatan/masalah fisik
a.
Kantin sekolah yang ada bukan berupa bangunan permanen, tetapi hanya
berupa sisa lahan sekolah antara kelas dan pagar samping sekolah yang diberi
atap serta ditata meja sebagai tempat untuk menjajakan jajanan kantin.
b.
Lantai kantin sekolah bukan berbahan keramik tetapi berupa
plesteran kasar.
c.
Dinding kantin bagian barat sebagai batas antara
kantin dan gudang hanya memakai almari bekas yang sudah tidak dipakai.
d.
Ventilasi kantin sangat terbuka dan langsung
berhadapan dengan areal persawahan warga tanpa ada jaring-jaring atau sekat
sehingga hewan luar bisa dengan leluasa masuk ke dalam kantin melalui ventilasi
tersebut.
2.
Hambatan/masalah sarana prasarana
a.
Kantin sekolah belum memiliki tempat penyimpanan bahan
baku mentah baik kering ataupun basah. Hal ini disebabkan karena pengolahan
makanan dilakukan di tempat pengelola kantin, dan sebagian besar jajanan adalah
hasil dari titipan pihak luar serta beli di pasar.
b.
Kantin sekolah belum memiliki sarana untuk
mempersiapkan dan mengolah bahan makanan yang akan dijajakan.
c.
Kantin sekolah belum memiliki display/tempat penyajian
untuk menjajakan jajanan sesuai standar. Jajanan hanya disajikan/ditata dalam
nampan-nampan dan diletakkan diatas meja.
d.
Kantin sekolah belum memiliki tempat sebagai ruang
makan bagi siswa pada saat menikmati jajanan yang dibeli.
e.
Kantin sekolah belum memiliki fasilitas sanitasi.
Tempat cuci alat kantin, tempat cuci tangan dilakukan di kran wudhu siswa di
samping musholla sekolah.
f.
Pembuangan limbah kantin dilakukan tanpa dipilah
sesuai jenis limbah, hal ini disebabkan karena tempat sampah yang tersedia
hanya satu.
g.
Petugas kantin belum memiliki sarana kerja sesuai
standar kesehatan.
3.
Hambatan/masalah manajemen dan sumber daya
a.
Sekolah belum mempunyai standar operasional prosedur
tentang tata kelola kantin, baik prosedur pengadaan bahan , pengolahan bahan ,
penyimpanan bahan , dan penyajian makanan.
b.
Sekolah belum mempunyai standar operasional prosedur
bagi petugas kantin dalam menjalankan tugasnya.
c.
Sekolah dan atau TP UKS belum melaksanakan pengawasan
secara profesional terhadap pengelolaan kantin.
d.
Pengelola kantin dan atau guru karyawan belum pernah mendapatkan bimbingan dan atau
pembinaan tentang pengelolaan kantin sekolah sehat baik dari intern sekolah
ataupun dari dinas dan instansi terkait.
e.
Jenis makanan yang dijajakan di kantin sekolah kurang
variatif.
f.
Siswa belum pernah mendapatkan pembinaan dan bimbingan
tentang materi yang berhubungan dengan pangan dan jajanan anak sekolah yang
sehat.
g.
Siswa belum dilibatkan secara langsung pada
penyelenggaraan kantin sekolah.
4.
Hambatan/masalah dari luar sekolah
a.
Banyaknya pedagang makanan keliling yang menjajakan
jajanan dengan warna dan rasa mencolok membuat siswa cenderung memilih jajanan
pedagang keliling.
b.
Kurangnya kepedulian, perhatian, dan pengawasan dari
orangtua terhadap kebiasaan jajan anak-anak mereka.
B. Strategi/cara
yang dilakukan
Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan amanat dalam mengembangkan
budaya bersih dan sehat melalui penyelenggaraan kantin sehat sekolah adalah :
1.
Pencanangan kebijakan sekolah tentang penyelenggaraan
kantin sehat sekolah dan pembuatan tim
kerja kantin sehat sekolah.
2.
Analisa masalah, penyusunan program kerja, dan standar
operasional prosedur kantin sehat sekolah.
3.
Sosialisasi kebijakan dan program kerja kantin sehat
sekolah kepada warga sekolah dan seluruh pemangku kepentingan.
4.
Pembinaan kepada siswa tentang pangan dan jajanan sehat anak sekolah dan
budaya hidup sehat melalui keteladanan, sosialisasi, dan atau diintegrasikan
dengan mata pelajaran di kelas serta kegiatan ekstrakurikuler.
5.
Memberdayakan siswa dan atau kader kesehatan untuk dijadikan sebgaai agen
perubahan bagi siswa yang lain dalam perilaku hidup bersih dan sehat khususnya
dalam hal pemilinhan jajanan yang sehat, aman, dan bergizi.
6.
Pembinaan dan melaksanakan rapat koordinasi tentang
kebijakan sekolah kepada seluruh pedagang makanan keliling yang berjualan di
depan pintu gerbang sekolah. (dalam pembinaan ini disampaikan dan ditawarkan
kepada pedagang keliling untuk membentuk paguyuban pedagang dan mereka
diwajibkan untuk dapat menyediakan makanan sehat sesuai standar kesehatan bagi
siswa-siswi SD Ngrukeman, yang pada akhirnya para pedagang merasa tidak mampu
untuk memenuhi dan melaksanakan kebijakan sekolah)
7.
Menjalin kerjasama dengan berbagai pemangku
kepentingan, diantaranya paguyuban wali, tokoh masyarakat, pengusaha lokal,
perguruan tinggi kesehatan dan dinas terkait.
8.
Monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan untuk menjamin terlaksananya program dan tercapainya
tujuan.
C. Lembaga yang terkait dengan program kantin sehat
sekolah
Beberapa lembaga yang mendukung, membantu, dan menfasilitasi
terselenggaranya kantin sehat sekolah adalah :
1.
Dewan sekolah SD Ngrukeman
2.
Paguyuban wali murid SD Ngrukeman
3.
Ikatan Alumni SD Ngrukeman
4.
Bank Sampah Sehat ceria
5.
Puskesmas Kasihan I
6.
Puskesmas Kasihan II
7.
Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul
8.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
9.
Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bantul
10.
Hypermart
11.
Frisian Flag
12.
Balai Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul
13.
Dinas Sosial Kabupaten Bantul
14.
Akbid Umi Khasanah Bantul
15.
STIKES Alma Atta
16.
BPOM Yogyakarta
D. Hasil yang dicapai
Setelah
hampir tiga tahun upaya penyelenggaraan kantin sehat sekolah sebagai
implementasi pembudayaan sekolah bersih dan sehat, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
1.
Terbangunnya fisik kantin sekolah yang memadai baik
dari dinding, ventilasi, maupun lantai.
2.
Tersedianya sarana prasarana kantin yang memadai,
diantaranya tempat pengolahan bahan makanan, tempat cuci alat kantin, tempat
cuci tangan siswa, display makanan, tempat sampah terpilah, lemari penyimpanan
alat, lemari penyimpanan bahan makanan kering, tempat penyimpanan bahan makanan
basah (kulkas), alat makan sesuai standar kesehatan, tersedianya ruang makan
yang bersih dan rapi, kipas angin, dan
sarana kerja petugas kantin yang sesuai standart kantin sehat .
3.
Tersusunnya program kerja kantin sehat sekolah dan
standar operasional prosedur tentang tata kelola kantin.
4.
Terbentuknya perilaku positif siswa, yaitu lebih
memilih membeli jajanan di kantin sekolah daripada jajan pada pedagang keliling.
5.
Terciptanya rasa tanggungjawab pada siswa, khususnya
kepada siswa yang ditunjuk untuk melaksanakan piket di kantin sekolah.
6.
Kantin mampu memberikan kontribusi pada keuangan
sekolah, yaitu sebagian keuntungan kantin sekolah digunakan untuk membiayai
pengembangan kegiatan bagi siswa.
7.
Tertananmya budaya bersih dan sehat bagi warga
sekolah.
8.
Pedagang keliling memilih tidak berjualan di depan
gerbang sekolah karena jajanan mereka tidak laku.
9.
Mendapatkan sertifikat laik hygienis dan sanitasi dari
Dinas kesehatan Kabupaten bantul.
10.
Mendapatkan sertifikat bintang keamanan pangan anak
sekolah dari BPOM Yogyakarta. (sertifikat dalam proses)
11.
Meraih juara pertama Lomba Sekolah Sehat tingkat
nasional tahun 2014.
12.
Menjadi sekolah Adiwiyata Kabupaten Bantul tahun 2015,
dan dalam proses menuju Adiwiyata tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
13.
Terjalinnya hubungan yang lebih harmonis dengan wali
murid, karena mereka dapat menitipkan dagangan sesuai dengan standar yang
ditetapkan sekolah.
E. Kesimpulan
1.
Kerjasama sekolah dengan komite sekolah serta instansi
atau dunia usaha/dunia industry sangat penting dan berdampak positif pada
sekolah.
2.
Peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
disekolah sangat besar terutama dalam hal perumusan kebijakan sekolah dan
dukungan dalam pelaksanaan program kerja sekolah.
3.
Pembinaan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat
adalah sebuah proses panjang yang berlandaskan
komitmen, keteladanan serta kerja keras dari seluruh warga sekolah serta
seluruh pemangku kepentingan.
4.
Kantin sehat sekolah menjadi salah satu sarana dalam
menumbuhkan dan mengembangkan budaya hidup bersih dan sehat di sekolah.
5.
Kantin sehat sekolah dapat
dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan,
kejujuran, saling menghargai, disiplin, tanggungjawab dan nilai-nilai lainnya.
6.
Kantin sehat sekolah membantu pertumbuhan dan
kesehatan siswa melalui penyediaan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
7.
Monitoring dan evaluasi program menjadi hal wajib yang
harus dilaksanakan agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan
bahkan dapat mencapai hasil yang melampaui standar yang telah ditetapkan.
B. Saran
1. Sekolah
wajib melaksanakan pertemuan yang intensif dan berkelanjutan serta membangun
komunikasi yang bermutu, kondusif, dan terbuka dengan warga sekolah, serta pihak-pihak yang terlibat dalam
kerjasama/kesepakatan/MoU.
2. Pembinaan pembiasaan hidup bersih dan sehat
melalui kantin sehat sekolah harus terus ditingkatkan dengan melibatkan peran
serta seluruh warga sekolah.
3. Mengedepankan efisiensi dan efektivitas dalam
pelaksanaan kegiatan .
4. Memaksimalkan peran kader
kesehatan untuk mengedukasi dan mengajak
temannya akan pentingnya mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
5. Pemberian
reward dan punishment yang adil kepada seluruh warga sekolah yang menunjukkan
kinerjanya.
6. Bersama-sama melaksanakan
evaluasi program secara berkala dan berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar