Temu Pendidik Nusantara 2018
Maskapai
Ilmu, Menumbuhkan Motivasi Belajar Murid
Harsiana Wardani – Guru SD Ngrukeman
Bantul Yogyakarta
Di dalam kelas, terdapat murid
yang pasif dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Terdapat ketimpangan
dalam mengambil peran dan tanggung jawab di antara para murid. Selain itu, proses
pembelajaran yang dilakukan masih
berpusat pada guru. Murid tidak terlibat secara aktif dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
murid kurang bebas dalam mengekspresikan diri dan memunculkan
kemampuan-kemampuan emasnya. Papan tulis menjadi satu-satunya sarana bagi guru
dalam mentransfer ilmu, suasana hening yang dibangun di dalam kelas yang
tujuannya untuk membiasakan konsentrasi dalam belajar menjadi pasungan bagi murid. Akhirnya murid-murid hanya menjalankan
rutinitas belajar tanpa bisa mengambil makna dari pembelajarannya. Pembelajaran
menggunakan media maskapai ilmu ini dilaksanakan
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Tujuan penggunaan media
maskapai ilmu dalam pembelajaran yaitu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diberikan. Selain itu, pembelajaran menggunakan maskapai
ilmu bertujuan untuk mengurangi kesenjangan murid dalam pembagian peran dan tanggung jawab
di kelas. Media maskapai ilmu menjadi sarana bagi guru
untuk memerdekakan murid dalam belajar. Murid diberi kebebasan dalam
mengekspresikan diri melalui maskapai ilmunya. Kebebasan dalam berekspresi dan
berkreasi secara baik dalam proses pembelajaran diyakini mampu menimbulkan
motivasi belajar yang baik pula.
Tumbuhnya daya kreatifitas dan menguatnya motivasi belajar yang baik di
dalam akan membuat murid suka belajar dan berdampak pada tertanamnya materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran
sebagian besar murid akan akan asyik sendiri dengan maskapai ilmu yang
dibuat. Apabila guru tidak mampu
mengelola pembelajaran secara baik maka proses pembelajaran akan memakan banyak
waktu. Beberapa murid yang mempunyai bakat atau minat dalam berkreasi tidak
mengalami kesulitan dalam membuat maskapai ilmu yang menarik. Namun sebaliknya
bagi murid yang kurang berbakat akan mengalami kesulitan membuat maskapai ilmu
semenarik mungkin. Guru dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola
kelas secara maksimal sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara
efektif. Untuk menumbuhkan semangat dan
kreatifitas agar semua murid merasa percaya
diri dalam membuat maskapai ilmu semenarik mungkin maka guru perlu memberikan
motivasi dan dorongan kepada mereka. Guru dapat memberikan umpan agar
murid-murid dapat mengembangkan sendiri
ide kreatif mereka.
Proses pembelajaran
menggunakan maskapai ilmu sangat sederhana. Guru memberi tugas kepada murid membuat model pesawat dari kertas dan diberi
nama maskapai sesuai dengan keinginan masing-masing. Setiap murid wajib
menghias maskapai ilmunya dengan berbagai hiasan dan diwarnai sehingga menjadi
lebih menarik. Pada salah satu bagian pesawat, murid menuliskan satu soal yang mereka ketahui
jawabannya sesuai dengan materi pembelajaran yang ditentukan oleh guru. Kunci
jawaban dari soal yang dibuat oleh murid dikumpulkan kepada guru. Proses
pembelajaran dilakukan di tempat yang lapang misalnya halaman sekolah. Guru
membagi murid menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 – 5 siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Setiap kelompok wajib mengerjakan
semua soal dari maskapai ilmu anggota
kelompok yang lain. Maskapai ilmu diterbangkan oleh murid secara bersama-sama dan
selanjutnya masing-masing murid mengambil maskapai ilmu yang bukan milik
anggota kelompoknya. Soal yang ada di badan maskapai ilmu yang didapat
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila mendapatkan
maskapai ilmu milik anggota kelompoknya, maka wajib ditukarkan dengan kelompok
lain. Setelah semua soal selesai dikerjakan dengan beberapa kali penerbangan
guru kemudian membahas soal-soal tersebut bersama dengan murid. Kelompok yang
mendapatkan nilai tertinggi diberikan penghargaan oleh guru.
Praktik pembelajaran
menggunakan maskapai ilmu membentuk kebiasaan
saling berbagi peran terhadap tanggung jawab di kelas. Siswa tanpa dipaksa mau mengambil
peran dalam kegiatan sehari-hari di kelas, selain itu terlihat fenomena menurunnya
sikap dominan dan individualisme siswa. Dampak lain dari praktik pembelajaran adalah munculnya sikap empati dan simpati
antar siswa dan mengurangi perselisihan antar siswa. Dalam proses pembelajaran
siswa siswa terlibat aktif dan senang. Hal tersebut disebabkan karena
pembelajaran menggunakan maskapai ilmu seperti sambil bermain. Rasa senang dan
ingin menampilkan yang terbaik bagi kelompoknya menguatkan motivasi positif pada diri para murid. Selain
itu nampak pula kreatifitas-kreatifitas yang sebelumnya tidak disadari oleh
guru. Dengan demikian praktik pembelajaran ini direkomendasikan dapat
diterapkan oleh semua guru untuk semua mata pelajaran karena relatif mudah
dilaksanakan, tidak membutuhkan biaya besar, dan menyenangkan bagi murid.
Komentar
Posting Komentar